Senin, 26 September 2016

Artikel Kimia

Polar dan Non-polar

      Saat belajar kimia pasti kalian pernah mendengar kata “Ikatan Kovalen Polar dan Ikatan Kovalen Non-polar” kan? Sebenarnya apa sih “Ikatan Kovalen Polar dan Ikatan Kovalen Non-polar” itu? Mau tahu lebih lanjut? Yuk, kita simak bahasan berikut ini!
     Ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang terjadi jika adanya penggunaan pasangan elektron secara bersama-sama oleh atom-atom yang berikatan. Dengan kata lain, pasangan elektron ini digunakan secara bersama-sama (elektron sekutu). Dengan adanya "penyekutuan" elektron valensi, atom dapat memenuhi orbital atom terluarnya dan mencapai kestabilan. Berdasarkan kepolarannya, ikatan kovalen dibagi menjadi dua, yaitu ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen non-polar.
            Ikatan kovalen polar adalah ikatan yang terjadi karena salah satu atom dalam sebuah senyawa memiliki daya tarik yang lebih kuat dari atom lain. Gejala ini sering kali disebut sebagai pengkutuban muatan, karena adanya pasangan elektron ikatan (PEI) yang lebih dekat ke salah satu atom. Kutub positif atau negatif yang terbentuk disebut muatan parsial, yang digambarkan menggunakan simbol delta (δ). Muatan parsial negatif (δ¯) diberikan pada unsur yang lebih elektronegatif dan muatan parsial positif (δ+) diberikan pada unsur yang kurang elektronegatif (lebih elektropositif).
            Adapun ciri-ciri dari ikatan kovalen polar adalah sebagai berikut.
1.      Perbedaan keelektronegatifan.
ð  Golongan yang paling elektronegatif adalah golongan V A, VI A, dan VII A.
2.      Ada PEB (Pasangan Elektron Bebas) di atom pusat.
3.      Atomnya berbeda.
4.      Dapat larut dalam air atau dalam senyawa polar lainnya.
Apabila dalam suatu molekul terdapat beda keelektronegatifan antar atom-atom penyusunnya, maka akan terjadi kepolaran. Semakin besar perbedaan harga keelektronegatifan antara kedua atom, semakin polar ikatannya.
Berikut ini contoh senyawa yang bersifat polar.


     Atom H memiliki keelektronegatifan 2,1 dan Cl memiliki keelektronegatifan 3,0. Perbedaan ini menyebabkan pasangan elektron ikatan lebih tertarik ke arah atom Cl, maka Cl menjadi kutub negatif dan H menjadi kutub positif. Peristiwa terjadinya kutub akibat adanya pasangan elektron yang lebih tertarik ke salah satu atom disebut dengan polarisasi.
      Selain senyawa HCl, senyawa lain yang memiliki sifat polar adalah PCl3 dan H2O. Perhatikan gambar berikut!


      Senyawa PCl3 bersifat polar karena memiliki PEB (Pasangan Elektron Bebas) di atom pusat, terjadi perbedaan keelektronegatifan dimana atom Cl lebih elektronegatif daripada atom P, dan senyawa PCl3 terdiri atas atom yang berbeda yaitu, atom P dan atom Cl. Hal yang sama pun terjadi pada senyawa H2O.
      Setelah membahas mengenai ikatan kovalen polar, kita akan membahas mengenai musuhnya si polar, yaitu ‘ikatan kovalen non-polar’. Pasti kalian bertanya-tanya, apa sih ‘ikatan kovalen non-polar’ itu? Mengapa sebuah senyawa dikatakan bersifat non-polar? Dan pasti masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang mampir di benak kalian. Kita dapat mengetahuinya melalui bahasan berikut ini.
      Ikatan kovalen non-polar adalah ikatan yang terjadi antara dua atom nonlogam yang memiliki keelektronegatifan yang sama (tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan). Ikatan non-polar tidak membentuk polarisasi. Muatan parsial δ+ dan δ¯ tidak terbentuk karena atom-atom yang berikatan memiliki keelektronegatifan yang sama. Ikatan kovalen non-polar banyak terdapat dalam molekul diatomik yang terdiri atas dua atom spesies, dan bentuk molekulnya simetris.
      Ikatan non-polar memiliki ciri-ciri yang berlawanan dengan ikatan polar, karena itu ‘musuh’ adalah kata yang cocok untuk menggambarkan mereka. Ciri-ciri dari ikatan non-polar adalah sebagai berikut.
1.      Terdiri atas atom non-logam.
2.      Tidak dapat menyatu dengan air ataupun dengan senyawa polar lain.
3.      Tidak ada PEB (Pasangan Atom Bebas) di atom pusat atau keelektronegatifannya sama.
Berikut ini contoh senyawa yang bersifat non-polar.


      I2 memiliki sifat non-polar karena tidak memiliki atom pusat dan tidak ada PEB di atom pusat. Satu syarat saja tidak terpenuhi maka senyawa tersebut bukanlah polar, melainkan non-polar. Minyak juga merupakan non-polar, ini dibuktikan dengan tidak menyatunya minyak dan air ketika dicampurkan. Selain I3 dan minyak, senyawa lainnya yang bersifat non-polar adalah CH4, CO2, Br2, dan masih banyak lagi.

      Setelah melihat bahasan di atas apakah kalian telah mengerti mengenai ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen non-polar?
Untuk memahaminya lebih lanjut, mari tonton video tentang ikatan kovalen (termasuk di dalamnya ikatan kovalen polar dan non-polar) berikut ini!

33 komentar:

  1. apa maksud dari pengkutuban muatan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaan, gan.
      Menurut saya, pengkutuban muatan adalah kecenderungan elektron untuk lebih dekat ke salah satu atom karena atom tersebut memiliki daya tarik yang kuat.

      Hapus
    2. kenapa itu bisa ada dalam kovalen non polar dan polar?

      Hapus
    3. Untuk membedakan apakah sebuah senyawa bersifat polar atau non polar, gan.
      Jika polar maka akan ada pengkutuban muatan namun jika non polar pengkutuban muatan tidak terjadi.

      Hapus
    4. Kenapa muatan parsial positif dan negatif ada dalam ikatan kovalen non polar dan polar. Apa fungsinya?

      Hapus
    5. Perlu saya klarifikasi, gan, seharusnya muatan parsial negatif dan positif hanya terdapat pada kovalen polar, sebab pada kovalen non-polar tidak terbentuk muatan parsial negatif dan positif. Menurut saya nih, muatan parsial positif dan muatan parsial negatif ada dalam ikatan kovalen polar untuk membedakan unsur mana yang elektronegatif dan unsur mana yang elektropositif, jika sudah diketahui unsur mana yang lebih elektronegatif maka kita dapat mengetahui unsur yang mempunyai daya tarik lebih kuat.

      Hapus
    6. Kenapa di kovalen non polar muatan parsial tidak ada?

      Hapus
    7. Di atas dijelaskan, mengapa kovalen non-polar tidak memiliki muatan parsial, karena dalam kovalen non-polar unsur yang satu dengan yang lain tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan.

      Hapus
  2. Saya ingin bertanya, bagaimana cara menentukan parsial positif dan negatif pada senyawa polar? terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelumnya, terima kasih atas pertanyaan Anda.
      Cara menentukan parsial positif dan parsial negatif pada senyawa polar adalah dengan cara menentukan terlebih dahulu unsur mana yang lebih elektronegatif, unsur yang lebih elektronegatif adalah parsial negatif sedangkan unsur yang lebih elektropositif adalah parsial positif.

      Hapus
  3. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh senyawa polar, dapatkah kita membandingkan kepolaran suatu senyawa dengan senyawa lainnya? Seperti menentukan senyawa mana yang lebih polar antara HCl dengan H2SO4?

    BalasHapus
  4. Terima kasih atas pertanyaan, Anda. Hmm, maaf baru saya balas, sesungguhnya saya membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mengetahui jawabannya. Berdasarkan sumber yang saya dapat, sebenarnya cara membandingkan kepolaran suatu senyawa dilihat dari perbedaan keelektronegatifan, bukan ciri-cirinya. Lalu dilihat juga dari jumlah unsur H.

    Senyawa yang lebih polar adalah H2SO4, sebab H2SO4 memiliki unsur H lebih banyak dibanding HCl sehingga lebih polar.
    Somaga membantu ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa H sangat berpengaruh dalam penentuan yang mana lebih polar dalam H2So4 dan HCl?

      Hapus
    2. Karena H memiliki perbedaan keelektronegatifan yang sangat besar.

      Hapus
    3. Apakah perbedaan keelektronegatifan yang Anda maksud adalah perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang menyusun sebuah senyawa?

      Hapus
    4. Bagaimana kita bisa menentukan perbedaan keelektronegatifannya besar atau kecil?

      Hapus
    5. Menurut saya, biasanya ditentukan dari golongan ataupun periode. Semakin ke kanan, maka semakin elektronegatif dan semakin ke bawah semakin elektropositif. Tentunya jika HCl dan HF, tentunya HF lebih polar sebab, F memiliki keelektronegatifan yang lebih besar dibandingkan Cl.
      Semoga membantu ^_^

      Hapus
  5. saya nurul mau bertanya, manakah titik didih yang lebih tinggi polar atau non polar? tolong jelaskan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelumnya, terima kasih atas pertanyaannya, gan. Menurut saya, ikatan kovalen lebih tinggi karena ini dibuktikan dari gaya antar molekul yang dihasilkan, gaya antar kovalen polar dan polar menghasilkan titik didih yang lebih tinggi dibanding gaya yang terjadi pada kovalen non polar dan non polar. Namun, jika dibandingkan ikatan ion, jelas saja ikatan kovalen polar lebih lemah.
      Mohan maaf bila terjadi kesalahan dalam menjawab, semoga dapat membantu ^_^

      Hapus
  6. bagaimana menentukan kutub parsial pada molekul yang polar?

    BalasHapus
  7. Terima kasih atas pertanyaanya, gan. Jadi begini, cara menentukan kutub parsial pada molekul polar dilihat dari perbedaan keelektronegatifan. Jika suatu unsur lebih elektropositif, maka akan membentuk parsial positif sedangkan jika lebih elektronegatif maka akan membentuk parsial negatif.
    Semoga membantu ^_^

    BalasHapus
  8. Saya ingin bertanya lagi, H2SO4 kan merupakan senyawa polar. Atom mana yang berperan sebagai atom pusatnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaannya, gan. Jadi, yang menjadi atom pusat adalah S, itu dikarenakan S membutuhkan elektron lebih banyak daripada H. Pasti agan bertanya mengapa bukan O? Padahal O sama dengan S yang membutuhkan 2 elektron, itu dikarenakan jumlah atom pusat biasanya hanya 1.

      Hapus
    2. Lalu, kan syarat dari senyawa dapat dikatakan polar adalah memiliki PEB di atom pusat. Bukankah elektron-elektron S habis untuk dipakai berikatan dengan elektron-elektron O?

      Hapus
    3. Lalu, kan syarat dari senyawa dapat dikatakan polar adalah memiliki PEB di atom pusat. Bukankah elektron-elektron S habis untuk dipakai berikatan dengan elektron-elektron O?

      Hapus
    4. Jadi begini, gan, menurut info yang saya dapat walau S tidak memiliki PEB ia tetap dikatakan sebagai atom pusat, alasannya telah saya jelaskan sebelumnya. Namun, mengapa H2SO4 dikatakan polar padahal tidak memiliki PEB di atom pusat itu lain cerita. H2SO4 dikatakan polar karena umumnya asam itu polar lalu H2SO4 pun larut dalam air, selain itu ikatan antara O dan H dalam struktur molekul H2SO4 menyebabkan senyawa tersebut polar.
      Semoga membantu ^_^

      Hapus
  9. Misalkan dalam suatu senyawa memiliki H yang jumlahnya cukup banyak dan begitu juga dengan c .apakah atom c itu akan mengganggu kepolaran dari senyawa tersebut? Jika iya, mengapa bisa demikian?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaan Anda, gan. Menurut saya, atom C tentu mempengaruhi kepolaran, sebab C terletak di golongan IV A yang bersifat netral, tidak elektropositif maupun elektronegatif. Semakin banyak C dalam suatu senyawa maka semakin kurang kepolarannya. Namun, jika atom elektronegatif diapit oleh C maka senyawa tersebut akan menjadi non-polar.
      Semoga membantu ^_^

      Hapus
  10. Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaannya, gan. Jadi elektron sekutu adalah pasangan elektron yang dipakai secara bersama-sama.
      Sebagai contoh HCl, atom H membuuhkan 1 elektron untuk memenuhi aturan duplet dan atom Cl juga membutuhkan satu untuk memenuhi aturan oktet, maka 1 elektron H dan Cl saling berikatan untuk mencapai kestabilan. Elektron yang berikatan itulah yang disebut elektron sekutu.
      Semoga membantu ^_^

      Hapus